cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011" : 6 Documents clear
PERUBAHAN BIOLOGIS DAN FISIOLOGIS SEBAGAI INDIKATOR MASAK BENIH KAKAO HIBRIDA BAHARUDIN BAHARUDIN; M.R. SUHARTANTO; S. ILYAS; A. PURWANTARA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.41-50

Abstract

ABSTRAKProgram pengembangan dan rehabilitasi tanaman kakao membutuh-kan benih bermutu. Mutu benih antara lain ditentukan oleh saat panenyang tepat, terutama berhubungan dengan masak fisiologis. Beberapaindikator penting yang berkaitan dengan masak fisiologis benih adalahkarakteristik biologis dan fisiologis. Penelitian telah dilaksanakan diKebun Induk Benih Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember,Laboratorium Fisika dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB,serta Rumah Kaca Balai Penelitan Bioteknologi Perkebunan Indonesia,Bogor pada bulan Februari-September 2008. Penelitian ini bertujuan untuk(1) mempelajari perubahan biologis dan fisiologis selama perkembanganbenih kakao hibrida, (2) mengetahui hubungan antar berbagai karakterbiologis dan fisiologis benih yang mencerminkan mutu benih, dan (3)menentukan saat panen yang tepat benih kakao hibrida TSH 858 xSca 6 dan ICS 60 x Sca 6. Benih yang digunakan berasal dari hasilpersilangan buatan antara kakao TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6.Umur panen benih yang digunakan dalam penelitian adalah 120, 135, 150,165, dan 180 hari yang dihitung saat setelah antesis, dan setiappengamatan diulang 4 kali. Analisis data disajikan dalam bentuk grafikdengan data primer ditambah standar deviasi dalam program Excel danuntuk mengetahui hubungan dari masing-masing karakter mutu benihdilakukan ”analisis path” menggunakan SAS dari Windows v 9.1. Hasilpenelitian menunjukkan dua fase perkembangan benih. Fase perkem-bangan hingga masak fisiologis (fase 1) dan fase setelah masak fisiologis(fase 2) kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6. Masakfisiologis benih kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 tercapai pada saat 150HSA dan ICS 60 x Sca 6 pada 165 HSA. Daya kecambah, indeks vigor,K CT -R, T 50 , bobot basah dan bobot kering benih, karotenoid dan antosianinbenih dan buah, jumlah daun, dan tinggi bibit dari benih kakao hibridaTSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6 mencapai maksimum pada saatmasak fisiologis dan menurun pada fase kedua. Selama periodeperkembangan benih terjadi penurunan total klorofil benih dan buah,sedangkan warna buah kuning mengalami peningkatan. Karakter yangberhubungan langsung dengan mutu benih pada saat masak fisiologisbenih kakao hibrida TSH 858 x Sca 6 dan ICS 60 x Sca 6 adalah warnabuah kuning, indeks vigor, total klorofil benih dan buah, karotenoid danantosianin benih, T 50 , tinggi bibit, K CT -R, dan bobot kering benih.Kata kunci: Theobroma cacao, biologi benih, fisiologi benih, karakteristikbenih, mutu benihABSTRACTBiological and Physiological Changes as Indicator ofMaturity of Hybrid Cacao SeedThe development and rehabilitation programs of cacao need highquality seeds. The high quality of cacao seeds is influenced by seedsphysiological maturity and harvesting time. Several important indicatorsrelated to the seed physiological maturity are biological and physiologicalcharacters. The research objectives were: (1) to study biological andphysiological changes during of seed development, (2) to study on thecorrelation of various characteristics related with seeds physiology andquality, (3) to determine the most appropriate harvesting time for hybridcacao seed of TSH 858 x Sca 6 and ICS 60 x Sca 6. The research wasconducted at Coffee and Cacao Research Institute of Indonesia(Puslitkoka) in Jember, IPB Biophysics and Seeds and TechnologyLaboratory and Biotechnology Research Institute for Estate CropsIndonesia glass house in Bogor from February to September 2008. Theseeds were originated from hand pollination of TSH 858 vs Sca 6 and ICS60 vs Sca 6 hybrids from Puslitkoka Jember. The seeds for this researchwere harvested on: 120, 135, 150, 165, and 180 days after anthesis (DAA);with four replications each. Data were analyzed and presented as graphs,standard deviation in excel; while the relationship of each character ofseeds quality was determined using path analysis by SAS for Windows v.9.1. The results showed that the seed physiological changed on two phasesduring its development. The first phase started from seeds development upto physiological maturity for TSH 858 x Sca 6 and as well ICS 60 x Sca 6hybrids, and second phases started after physiological maturity. Thephysiological maturity of each seeds is 150 DAA for TSH 858 x Sca 6 and165 DAA for ICS 60 x Sca 6 hybrids. Seed germination percentage, vigorindex, germination rate (K CT -R and T 50 ), wet and dry weight of seed, seedsand fruits carotenoid content, seed and fruit anthocyanin content, numberof leaves, and height of seedling reached maximum when seed achievedphysiological maturity and decreased afterward. During seed development,there was decreasing of seeds and fruits chlorophyll content and increasedfor the yellow color of fruit. The characters which showed directcorrelation with seeds quality during seed development of TSH 858 x Sca6 and ICS 60 x Sca 6 hybrids are: yellow color of fruit, vigor index,chlorophyll content for seeds and fruit, seed carotenoid and anthocyanincontent, germination rate (T 50, K CT -R), seedling height and seed dry weight.Key words: Theobroma cacao, seed biological, seed physiological, seedcharacteristic, seed quality
GENETIC CHARACTERIZATION OF SEVERAL PROMISING ACCESSION OF Jatropha curcas L. BASED ON RAPD MARKER MAFTUCHAH MAFTUCHAH; AGUS ZAINUDIN; RULLY DYAH PURWATI; HADI SUDARMO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.83-88

Abstract

ABSTRACTThe objective of this research was to obtain genetic relationshipamong 13 Jatropha curcas L. accession plants based on Random Amplified Polymorphic DNA marker. This experiment used 13 accessionsof J. curcas L. potential to have higher seed productivity, including HS-49,SP-16, SP-38, SP-8, SM-33, SP-34, SM-35, IP-1A, IP-1M, IP-1P, IP-2A,IP-2M, and IP-2P. Polymerase Chain Reaction (PCR) was performedusing 10 selected primers of RAPD markers (OPA 2, OPA 9, OPA 13,OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA 20, OPF 8, OPF 10, and OPF 15). PCRproduct was used to determine genetic distance which implemented Un-weighted Pair-Group Method With Arithmetic (UPGMA) procedure andconstructed phylogeny trees using Numerical Taxonomy and MultivariateSystem (NTSYS) software version 1.8. The confidence level of UPGMAwas then tested by Boostrap using WinBoot program. Ten primers used inthis research were able to be applied in genomic DNA of J. curcas L. plantwhich had resulted about four (OPA 19) to ten band numbers (OPA 9)with the band size around 72-1,078 bp. However, OPA 13 primer was notable to give different band size. Genetic relationship analysis has foundtwo main groups, firstly accession plants consisted of HS-49, SP-16, SP-18, SP-8, SM-33, SM-35, and SP-34 (coefficient 0.8). In this group, SP-38clustered with SP-8, and SM-33 with SM-35 (coefficient 0.91). In thesecond group, the accessions consisted of IP-1A, IP-1M, IP-1P, IP-2A, IP-2M, and IP-2P (coefficient 0.78). In this group, accession of IP-1Aclustered with IP-1M (coefficient 0.85), IP-1P with IP-2M (coefficient0.87), and IP-2A with IP-2P (coefficient 0.90). Then, the first and secondgroups formed genetic relationship with coefficient 0.66.Key words: Genetic characterization, Jatropha curcas L., RAPD,molecular marker, promising accession.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keragamangenetik dan hubungan kekerabatan berbagai aksesi jarak pagar terpilihberdasarkan analisis molekuler Random Amplified Polymorphic DNA(RAPD). Penelitian menggunakan 13 aksesi Jatropha curcas yangmemiliki potensi produksi tinggi (HS-49, SP-16, SP-38, SP-8, SM-33, SP-34, SM-35, IP-1A, IP-1M, IP-1P, IP-2A, IP-2M, dan IP-2P). Isolasi DNAgenom J. curcas dilaksanakan dengan metode Zheng yang dimodifikasi.Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan menggunakan 10 primersRAPD (primer OPA 2, OPA 9, OPA 13, OPA 15, OPA 18, OPA 19, OPA20, OPF 8, OPF 10, dan OPF 15). Produk PCR yang dihasilkan digunakanuntuk menentukan tingkat kekerabatan menggunakan Un-weighted Pair-Group Method With Arithmetic (UPGMA) dan diagram filogenetik denganprogram Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS) versi1.8. Kesepuluh primer yang digunakan mampu mengamplifikasi DNAjarak pagar dengan jumlah produk pita antara 4 (primer OPA 19) hingga10 pita DNA (OPA 9), dengan ukuran pita 72-1.078 bp. Primer OPA 13tidak dapat memberikan perbedaan pita DNA. Hasil analisis kekerabatanmenunjukkan adanya dua kelompok utama. Kelompok pertama terdiri atasaksesi HS-49, SP-16, SP-18, SP-8, SM-33, SM-35, dan SP-34 (koefisien0,80). Dalam kelompok pertama, SP-38 berkelompok dengan SP-8, danSM-33 dengan SM-35 (koefisien 0,91). Kelompok kedua terdiri atas aksesiIP-1A, IP-1M, IP-1P, IP-2A, IP-2M, dan IP-2P (koefisien 0,78). Dalamkelompok kedua, IP-1A berkelompok dengan IP-1M (koefisien 0,85), IP-1P dengan IP-2M (koefisien 0,87), dan IP-2A dengan IP-2P (koefisien0,90). Selanjutnya, kelompok pertama dan kelompok kedua membentukkekerabatan pada koefisien 0,66.Kata kunci: Karakterisasi genetik, Jatropha curcas L., RAPD, markamolekuler, aksesi harapan.
KOMBINASI PUPUK NPK DAN PUPUK KANDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ASIATIKOSIDA TANAMAN PEGAGAN Dahono Dahono; M. GHULAMAHDI; S. A. Aziz; Adiwirman Adiwirman
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.51-59

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pupukkandang dan NPK terhadap pertumbuhan dan produksi asiatikosida.Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Gunung Putri, Cipanas,Kabupaten Cianjur mulai dari bulan Mei 2009 sampai dengan Januari2010. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompokdengan dua faktor dan diulang 3 kali. Faktor A tanpa , 0,25, 0,50, 0,75 dan1,00 dosis rekomnedasi NPK (kg/ha). Faktor B tanpa, dan 30 t pupukkandang/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pupuk NPK1,00 rekomendasi dan pupuk kandang sebanyak 30 t/ha meningkatkanpertumbuhan dan produksi asiotikosida secara signifikan (5,12 g/m 2 ).Produksi asiatikosida tersebut tidak berbeda nyata dengan 0,5 dan 0,75dosis rekomendasi NPK/ha tanpa menggunakan pupuk kandang dan 0,5dosis rekomendasi NPK/ha + pupuk kandang 30 t/ha dan memilikikandungan asiatikosida (standar >MMI =0,90). Pemupukan maksimum 0,5dosis rekomendasi NPK/ha atau pupuk kandang meningkatkan produksiasiatikosida, akan tetapi pemberian pupuk kandang saja tidak mempe-ngaruhi kandungan asiatikosida. Interaksi antara pupuk NPK dan pupukkandang secara umum meningkatkan pertumbuhan dan hasil asiatikosida.Keuntungan tertinggi 79,82 and 30,81% (B/C ratio 0,17 dan 0,14)didapatkan dari kombinasi 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha +pupuk kandang sebanyak 30 t/ha.Kata kunci : Asiatikosida, pegagan, pupuk NPK, pupuk kandang, datarantinggiABSTRACTCombination NPK Fertilizer and Manure Application toincrease growth and Asiaticoside Production of IndianPennyworthThe aim of the research was to identify the effect of combination ofcow manure and NPK fertilizer application on the growth and asiaticosideproduction of Indian Pennyworth (Centella asiatica L. Urban) of BoyolaliCASI 016 accession. The research was conducted from May 2009 untilJanuary 2010, at The Institute of Plant Medicine and Aromatic ResearchStation of Indonesian Medicinal and Aromatic Research Institute inGunung Putri, Cipanas, Cianjur Residence. The research used randomizedcomplete block design with two factors. The A factor were without NPK,0.25, 0.50, 0.75 and 1.00 NPK recommendation dosage/ha. The NPKrecommendation dosage is 135 kg N/ha, 60 kg P 2 O 5 /ha and 132 kgK 2 O/ha. The B factors were without cow manure and 30 t cow manure/ha,with 3 replicates. Research result showed that combination of 1.00 NPKrecommendation dosage/ha and 30 t/ha cow manure significantly increasedgrowth and asiaticoside production (5.12 g/m 2 ). This asiaticosideproduction was not different with 0.50 and 0.75 recommendation NPKdosage/ha without cow manure, and 0.50 NPK recommendation dosage/ha+ 30 t cow manure/ha, and have high asiaticoside content (>MMI standard= 0.90). NPK fertilizer (maximum at 0.50 recommen-dation NPKdosage/ha) or cow manure increased growth and asiaticoside production,but cow manure did not affect asiaticoside content. Interaction betweenNPK and cow manure generally increased growth and yield ofasiaticoside. High profit 79.82 and 30.81% (B/C ratio 0,17 and 0,14) wasfound at combinations 1.00 and 0.75 NPK recommendation dosage/ha +cow manure 30 t/ha.Key words : Asiaticoside, Indian Pennyworth, NPK fertilizer, cowmanure, and high altitude
PENGARUH BIOREGULATOR SERTA PUPUK N TERHADAP KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN DAN INFESTASI Amrasca biguttula (ISHIDA) PADA KAPAS IGAA. INDRAYANI; FITRININGDYAH T.K.; M. SOHRI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.60-66

Abstract

ABSTRAKTeknik pengendalian Amrasca biguttula yang paling efektif belumtersedia hingga saat ini. Penggunaan varietaspun belum ada yang benar-benar tahan terhadap hama ini karena keterbatasan aksesi kapas yangmembawa gen ketahanan. Sementara itu penggunaan pupuk N danbioregulator sering diaplikasikan untuk pertumbuhan, sedangkan peng-gunaan keduanya erat hubungannya dengan serangan serangga hama.Penelitian pengaruh bioregulator mepiquat khlorida dan paclobutrazolserta pupuk N terhadap karakteristik morfologi daun dan infestasi Amrascabiguttula dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian TanamanTembakau dan Serat di Karangploso, Malang, mulai April - September2010. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh mepiquatkhlorida dan paclobutrazol serta pupuk N terhadap karakteristik morfologidaun dan infestasi A. biguttula pada tiga galur/varietas kapas. Perlakuanterdiri atas bioregulator sebagai petak utama, yaitu: (1) mepiquat khlorida,(2) paclobutrazol, dan (3) tanpa bioregulator (kontrol). Sebagai anak petakdigunakan dua dosis pupuk N, yaitu: (1) 90 kg N/ha dan (2) 120 kg N/ha.Sedangkan anak-anak petaknya adalah dua galur baru kapas, yaitu: (1)99022/1 dan (2) 99023/5, dan (3) Kanesia 8. Penelitian menggunakanrancangan petak terbagi dua kali (split-split plot) dengan tiga kali ulangan.Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadapkarakteristik morfologi daun adalah: panjang tulang daun, kerapatan danpanjang bulu pada tulang daun dan lamina daun, sedangkan terhadapinfestasi A. biguttula dilakukan pengamatan jumlah nimfa pada tanaman dilapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan interaksiantar perlakuan yang diaplikasikan, pengaruh bioregulator dan pupuk Npada tanaman kapas menyebabkan perubahan karakteristik morfologi daun.Mepiquat khlorida dan paclobutrazol dapat memperpendek tulang daunsekitar 4,0-6,6% dan meningkatkan kerapatan bulu pada tulang daun danlamina daun masing-masing sebesar 10-11% dan 4,0-8,7% dibandingdengan kontrol. Pemberian pupuk N dengan dosis 120 kg N/hamengurangi kerapatan bulu pada tulang daun dan lamina masing-masingsebesar 8,9% dan 9,7%. Penggunaan mepiquat khlorida dan paclobutrazolmenurunkan jumlah nimfa A. biguttula instar kecil (4,9%) maupun instarbesar (0,31%) dibandingkan dengan kontrol. Pemberian pupuk N padadosis 120 kg N/ha meningkatkan jumlah nimfa A. biguttula instar kecilmaupun besar masing-masing sebesar 4,5% dan 21,3% dari jumlah nimfapada perlakuan dosis 90 kg N/ha. Galur 99022/1 dan 99023/5 mempunyaikerapatan bulu pada lamina daun lebih tinggi (288,06 dan 253,50helai/cm 2 ) dibanding pada Kanesia 8 (248,28 helai/cm 2 ). Jumlah nimfa A.biguttula instar kecil pada kedua galur (99022/1 dan 99023/5) rata-ratalebih rendah (6,37 dan 6,63 ekor/5 tanaman) dibanding pada Kanesia 8(6,87 ekor/5 tanaman). Implikasi dari penelitian ini adalah (a) pemilihangalur harapan atau varietas kapas dapat didasarkan pada morfologi daun(kerapatan bulu pada lamina daun), (b) kombinasi antar penggunaan pupukN sesuai rekomendasi dan bioregulator dapat pula menurunkan serangan A.biguttula.Kata kunci: Gossypium hirsutum, bioregulator, mepiquat khlorida,paclobutrazol, Amrasca biguttula, instar, nimfa, galur,varietas, lamina daunABSTRACTEffects of bioregulator and nitrogen fertilizer onmorphological characters of cotton leaf and Amrascabiguttula infestationUp to now effective method for controlling cotton jassid (A.biguttula) has not been available yet. Resistant varieties so far can be usedto reduce the cotton jassid infestation. Cotton plant usually needs nitrogenfertilizer for optimal growth but sometimes the dosage used is higher thanrecommendation. In certain case bioregulator was applied to limit thevegetative growth. As known nitrogen fertilizer and bioregulatorassociated with insect pest infestation. Study on effects of bioregulator(mepiquat chloride and pachlobutrazole) and nitrogen fertilizer onmorphological characters of cotton leaf and A. biguttula infestation wasconducted at Experimental Station of Indonesian Tobacco and Fiber CropsResearch Institute (IToFCRI) at Karangploso from April to October 2010.The objective of the study was to find out the effects of mepiquat chloride,pachlobutrazole, and nitrogen fertilizer on morphological characters ofcotton leaf and A. biguttula infestation. Treatments consisted of threefactors. Factor A : bioregulator (mepiquat chloride, paclobutrazole, andcontrol), factor B : dosage of nitrogen (N) fertilizer (90 and 120 kg/ha),and factor C : cotton cultivar/variety (99022/1; 99023/5; and Kanesia 8).The experiment was arranged using split-split plot with three replicates.Data recorded were mid vein length, hair density on mid vein and lamina,hair length on lamina, and number of A. biguttula nymph. Results showedthat application of bioregulator and N fertilizer altered some morpho-logical characters of cotton leaf. Mepiquat chloride and paclobutrazoleshortened mid vein length by 4.0-6.6%, increased hair density of both midvein and leaf lamina by 10-11% and 4.0-8.7%, respectively, whencompared to control. When applied 120 kg/ha, N fertilizer decreased hairdensity on mid vein by 8.9% and leaf lamina by 9.7% compared to lowerdosage (90 kg N/ha). When compared to control, application of mepiquatchloride dan paclobutrazole reduced number of both small instar (4.9%)and big instar (0.31%) of A. biguttula nymph. Higher dosage (120 kg/ha)of N fertilizer increased population of small and big nymphs of A.biguttula by 4.5 and 21.3%, respectively, compared to lower one (90kg/ha). Leaf hair density was higher on cultivar 99022/1 (288.06hairs/cm 2 ) and 99023/5 (253.50 hairs/cm 2 )than that of Kanesia 8 (248.28hairs/cm 2 ). Nymph population of small instar was lower on 99022/1 and99023/5 (6.37 and 6.63 nymphs) compared to Kanesia 8 (6.87 nymphs).The implication of the reseach is the selection of cotton accession is basedon the morphology of cotton leaf, combined with the use of recommendedN fertilizer and paclobutrazole.Key words: Gossypium hirsutum, bioregulator, mepiquat chloride,paclobutrazole, Amrasca biguttula, variety, cultivar, nymph,instar, lamina
PENGARUH PENGAIRAN TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN MINYAK BIJI TIGA PROVENAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PRIMA DIARINI RIAJAYA; BUDI HARIYONO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.67-76

Abstract

ABSTRAKPenelitian lapang dilakukan di Kebun Percobaan Balai PenelitianTanaman Tembakau dan Serat di Muktiharjo, Pati dengan tekstur tanah liatberdebu mulai tahun 2007 sampai 2009. Penelitian bertujuan untukmengetahui respon pengairan terhadap produksi dan kadar minyak bijijarak pagar. Jarak pagar ditanam pada bulan Februari 2007. Percobaanmenggunakan rancangan petak berjalur dengan tiga ulangan yang terdiridari dua faktor, yaitu faktor pertama : provenan IP-1A, IP-1M, dan IP-1P,dan faktor kedua yaitu kriteria pengairan : kontrol (tanpa pengairan),pengairan saat kandungan air tanah mencapai 35, 50, dan 65%. Pengairandiberikan selama musim kemarau. Pemangkasan pertama dilakukan padatahun II yaitu awal musim hujan (September 2008). Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tambahan pengairan hanya diperlukan pada tahunpertama. Produksi biji jarak pagar tidak dipengaruhi oleh irigasi mulaitahun II sehingga tanaman jarak pagar tidak memerlukan tambahanpengairan selama musim kemarau dan dapat beradaptasi pada berbagaiketersediaan air tanah terutama pada daerah dengan curah hujan tahunan1.200-1.500 mm. Produksi biji IP-1P pada tahun I mencapai 258,7 kg/halebih tinggi dibanding IP-1A yaitu 148,11 kg/ha bila diairi saat kandunganair tanah 65%. Bila tidak diairi atau pengairan terbatas, produksi biji IP-1Adan IP-1P akan menurun masing-masing 37-59 dan 17-31%. Pada berbagaiperlakuan pengairan pada tahun II dan III, kisaran produksi biji 842-975dan 818-966 kg/ha. Pada tahun II, tanaman IP-1P menghasilkan produksibiji tertinggi (1.369 kg/ha) dibanding IP-1A (737 kg/ha) dan IP-1M (631kg/ha). Selanjutnya pada tahun III, produksi biji IP-1P (1.268 kg/ha) tetaplebih unggul dibanding IP-1A (902 kg/ha) dan IP-1M (416 kg/ha).Keunggulan IP-1P dibanding provenan lainnya adalah kemampuannyayang lebih tinggi dalam membentuk cabang produktif dan buah. Tambahanpengairan selama musim kemarau pada tahun I selain untuk meningkatkanproduksi biji juga meningkatkan kandungan minyak biji IP-1A dari 27,26menjadi 29,89% dan IP-1P dari 26,54 menjadi 30,05%. Selanjutnya padatahun II, tambahan pengairan sampai kandungan air tanah 50% tidakmempengaruhi kandungan minyak biji IP-1A, IP-1M, dan IP-1P.Kata kunci: Jarak pagar, ketersediaan air tanah, pengairan, produksi biji,kandungan minyak bijiABSTRACTEffects of irrigation on seed production and oil content ofthree provenances of physic nut (Jatropha curcas L.)A field experiment was conducted at the experiment station ofIndonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute in Muktiharjo, Pation a soil texture of silty clay for three years from 2007 to 2009. Theexperiment aimed to investigate the response of irrigation on productionand oil content of jatropha seed. Jatropha was planted in February 2007.The experiment used a striped plot design with three replicates. Itconsisted of two factors, firstly three provenances : IP-1A, IP-1M, and IP-1P, and secondly four irrigation levels : control (no irrigation), irrigationwhen available soil water content reached 35, 50, and 65%. Irrigation wasapplied during the dry season. The first pruning was done in the secondyear during rainy season (September 2008). The results showed thatsupplementary irrigation was needed only in the first year. The productionof jatropha seeds was not affected by irrigation from the second year on.The plants did not require additional irrigation during the dry season andthey well adapted to different soil available water, especially in areas withannual rainfall of 1,200-1,500 mm. When no irrigation supply or underinsufficient moisture content, the seed yield of IP-1A and IP-1P decreasedby 37-59 and 17-31%. In the second and third years, seed production of allirrigation treatments ranged from 842-975 and about 818-966 kg/ha. IP-1Pproduced the highest seed yield (1,369 kg/ha) compared to IP-1A (737kg/ha) and IP-1M (631 kg/ha) second year. In the third year, seedproduction of IP-1P was 1,268 kg/ha which was still more superior thanIP-1A (902 kg/ha) and IP-1M (416 kg/ha). Compared to the other twoprovenances, IP-1P was higher ability in producing productive branchesand fruits. In addition to increase in seed production, supplementaryirrigation during the dry season in the first year also increased seed oilcontent from 27.26 to 29.89% for IP-1A and from 26.54 to 30.05% for IP-1P. Furthermore, in the second year an additional irrigation to soilavailable water of 50% did not affect the seed oil content of allprovenances.Key words: Jatropha curcas L., soil available water, irrigation, seedyield, seed oil content
DINAMIKA POPULASI Rhizoctonia solani PADA LAHAN PERTANAMAN TUMPANGSARI KAPAS-KACANG HIJAU DENGAN Crotalaria sp. TITIEK YULIANTI; NURUL HIDAYAH
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v17n2.2011.77-82

Abstract

ABSTRAKLahan kapas di Indonesia umumnya tegalan tadah hujan yangkesuburannya rendah-sedang. Penambahan pupuk hijau sebagai cara untukmeningkatkan kesuburan tanah sekaligus menahan air perlu memper-timbangkan kondisi biologis tanah, terutama patogen tanah sepertiRhizoctonia solani yang akan terpacu pertumbuhannya. Jamur ini sulitdikendalikan karena mampu bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupukhijau (Crotalaria sp.) ke dalam tanah terhadap populasi mikroorganismedan R. solani pada pertanaman tumpangsari kapas-kacang hijau. Penelitiandilakukan di dua tipe tanah, yaitu tanah lempung berpasir di Pasirian,Lumajang dan tanah liat di Sumberrejo, Bojonegoro (Jawa Timur).Kacang hijau varietas Perkutut ditanam di antara barisan kapas Kanesia 8.Perlakuan yang diuji adalah dua cara pemberian Crotalaria segar (dicacah10-15 cm), yaitu dibenamkan ke dalam tanah (seminggu sebelum tanambenih kapas) dan disebarkan (dimulsakan) di atas tanah bersamaan denganwaktu tanam kapas dan kacang hijau. Cacahan Crotalaria (20 ton/ha atau216 kg/petak berukuran 12 m x 9 m) diaplikasikan pada lajur di sekitartanaman kapas. Perlakuan disusun secara kelompok dan diulang tiga kali.Sampel tanah diambil pada saat tanaman kapas berumur 30, 60, dan 90hari setelah tanam (hst) untuk dihitung populasi mikroba non patogen,yaitu aktinomisetes, bakteri, dan jamur menggunakan media selektif,sedangkan R. solani dihitung dengan metode bioasay menggunakan tusukgigi steril. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa populasi mikroorga-nisme di dalam tanah meningkat secara nyata setelah diberi Crotalaria,baik dengan cara dimulsakan maupun dibenamkan, sementara populasimikroorganisme di dalam tanah yang tidak diberi mulsa relatif stabil.Secara umum terjadi peningkatan populasi mikroorganisme tanah(aktinomisetes, bakteri, dan jamur) pada tanah yang diberi Crotalariadengan cara dibenamkan dibandingkan yang dimulsakan, 30 hst. Pada 90hst populasi mikroba menurun, namun total populasi mikroorganismedalam tanah yang diberi Crotalaria masih lebih tinggi daripada tanah yangtidak diberi Crotalaria. Populasi R. solani pada tanah lempung berpasiratau tanah liat yang diberi perlakuan Crotalaria, baik yang dimulsakanmaupun dibenamkan, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.Pada pengamatan 30 hst, populasi R. solani dalam tanah berpasir naik 82-140% dari kontrol, sedangkan di dalam tanah liat naik 47-58%. Sejalandengan proses dekomposisi Crotalaria, persediaan bahan organik yangbelum terdekomposisi menipis ditambah dengan meningkatnya populasimikrorganisme saprofitik lain di dalam tanah, maka pada 90 hst populasiR. solani menurun dan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.Dengan demikian, penambahan pupuk hijau Crotalaria segar pada lahanyang sudah tercemar jamur R. solani berrisiko meningkatkan kematiantanaman kapas sehingga pupuk hijau harus didekomposisikan terlebihdahulu sebelum diaplikasikan.Kata kunci : Gossypium hirsutum, Vigna sinensis, dinamika populasi,mikroba tanah, Rhizoctonia solani, mulsa CrotalariaABSTRACTPopulation Dynamic of Rhizoctonia solani on Cotton-Mungbean Cropping System Enriched with CrotalariaCotton in Indonesia is usually cultivated on rain fed areas with low-medium soil fertility. Amendment of green manure to improve soilproperties should consider soil biological conditions, particularly soilbornepathogens, such as Rhizoctonia solani which could be stimulated. Thisinvestigation aimed to determine the effect of amendment of Crotalariasp. on population of R. solani and non pathogenic soil microorganisms inthe soil cultivated with cotton intercropped with mungbean plants. Theinvestigation was conducted in two soil types i.e. sandy loam in Pasirian,Lumajang and clay soil in Sumberrejo, Bojonegoro (East Java). Mungbean(var. Perkutut) was planted within the cotton row (var. Kanesia 8). FreshCrotalaria plants were cut into 10-15 cm long. The treatments wereincorporation of Crotalaria into the soil a week before planting andmulching the Crotalaria on the soil surface. Crotalaria was applied at arate of 20 t/ha or 216 kg/plot (12 m x 9m). Control treatment was plotwithout Crotalaria amendment. The experiment was arranged using arandomized block design with three replicates. The soil was sampled whenthe cotton plants were 30, 60, and 90 days after sowing (das) to estimatethe population of non pathogenic soil microbes (actinomycetes, bacteria,and fungi) using selective media. It was also to estimate population of R.solani using sterile toothpick bait bioassay. The study showed that popu-lation of soil microbes significantly increased following amendment ofCrotalaria at 30 das, both in the incorporated and mulched treatments.Generally, the population was higher in the incorporated treatment than inthe mulched one. At 90 das the microbial population decreased, however,those in the crotalaria amendments were still higher compared to thecontrol. Population of R. solani increased significantly both in the sandyloam and clay soils amended with Crotalaria. Population of R. solaniincreased 82-140% in the sandy loam soil on 30 das, whilst in the clay soilit increased 47-58%. As the decomposition of Crotalaria occurred, theavailable organic matter diminished as the result the population of R.solani declined. For example, at 90 das the number of R. solani was notsignificantly different compared with the control. This study concludedthat addition of fresh green manure (Crotalaria) soon prior to planting ofcotton in the soil infested with R. solani is highly risk to damping offdisease incidence. Therefore, green manure plant should be decomposedbefore application.Key words : Gossypium hirsutum, Vigna sinensis, population dynamic,soil microbes, Rhizoctonia solani, plant residues

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue